TANGERANG KARYA INDONESIA NEWS COM/ Ribuan pengusaha penggilingan padi Banten menggelar demonstrasi di depan gedung PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) di Desa Terate, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Rabu, 30 Agustus 2023.
Aksi tersebut dilakukan lantaran para pengusaha penggilingan padi tersebut merasa resah. Keberadaan PT WPI dianggap membuat harga gabah di petani melonjak tinggi.
Bahkan, tak sedikit pengusaha padi gulung tikar lantaran tidak mampu membeli bahan baku dan juga kesulitan memperoleh bahan baku.
Ribuan massa tiba diwl PT WPI dengan menggunakan kendaraan pikap dan truk. Mereka kemudian berbaris dan membentangkan spanduk bertulisan tuntutan agar PT WPI berhenti memproduksi ladi dan meminta agar PT WPI ditutup.
Aparat kepolisian sudah berbaris untuk mengamankan jalannya aksi supaya tidak berlangsung anarkis. Mereka menjaga akses masuk menuju PT WPI.
Di mobil komando, koordinator lapangan aksi terus membakar semangat massa aksinya dengan berorasi. Mereka meminta agar massa aksi kompak dan merapatkan barisan.
Dalam orasinya, ia mengatakan jika keberadaan PT WPI hanya mempersulit rakyat kecil lantaran membuat harga beras mahal. Mereka juga menuding PT WPI telah menguasai dan melakukan monopoli padi dan beras di Kabupaten Serang.
Koordinator Lapangan Aksi, Cecep Saefullah mengatakan, ada sebanyak 2.000 massa yang ikut aksi menuntut agar sub industri pengolahan padi PT WPI segera ditutup.
“Poin utama menutup sub industri gabah dan beras, jadi mereka tidak boleh lagi memproduksi atau membeli gabah dan beras di manapun di Indonesia,” katanya.
Menurutnya, sejak dua tahun belakangan PT WPI berdiri, banyak pengusaha penggilingan padi yang gulung tikar karena tidak mampu memproduksi padi akibat harga padi yang sangat mahal.
“Saat ini sudah sekitar 90 persen penggilingan padi yang kelas bawah tutup. Puncaknya ini saat ini aksi demonstrasi,” jelasnya.
Sebelum aksi berlangsung, pihaknya mengaku sempat melakukan beberapa kali audiensi dan kesepakatan dengan PT WPI untuk tidak membeli gabah dengan harga tinggi. Namun demikian, mereka tidak menjalankan kesepakatan tersebut.
“Mereka tidak mengindahkan, tidak menjalankan surat kesepakatan, mereka masih membeli gabah di atas HET, harga pembelian Pemerintah yang sudah ditetapkan oleh peraturan Badan Pangan Nasional,” jelasnya.
Dalam aksi tersebut, pihak PT WPI meminta ada negosiasi yang dilakukan antara perwakilan massa, PT WPI, dan Pj Gubernur Banten agar ada kesepakatan bersama.
“Tadi waktu aksi sempat ada negosiasi, kita mengirimkan beberapa negosiator untuk melakukan audiensi di dalam. Hasilnya tadi dikembalikan ke Gubernur, apabila Gubernur berani mengeluarkan surat keputusan mencabut izin produksi gabah dan padi maka ditutup perizinan untuk sub padinya,” jelasnya.
Pihaknya sudah mengutus sebanyak 10 orang negosiator untuk melakukan audiensi dengan Pj Gubernur dan pihak perusahaan yang akan dilakukan di kantor Gubernur Banten.
“Untuk saat ini perwakilan dari komunitas sedang ada kunjungan ke Gubernur untuk membahas tentang masalah yang sudah disepakati bersama menejemen PT Wilmar. Saat ini berlangsung, saya belum koordinasi dengan negosiator lain karena langsung pulang,” jelasnya.
Ia menegaskan, apabila Pj Gubernur Banten tidak berani mengeluarkan pencabutan izin, pihaknya akan menggelar aksi di depan kantor Gubernur Banten.
“Kalau misalkan Gubernur tidak berani melakukan pencabutan izin produksi PT Wilmar, selanjutnya kita mendemo glGubernurnya agar segera mencabut,” pungkasnya. (tim.s)
