Tangerang, Karya Indonesia news com./Jeritan hati para siswa dan Siswi SMA Negeri 1 balaraja dan SMPN 3 balaraja, telah menjadi noda hitam bagi dunia pendidikan provinsi Banten, dimana Akreditasi kedua sekolah tersebut diduga kadaluarsa yang bukan kesalahan pada anak didik, akan tetapi para tenaga pendidik (guru) yang lalai untuk melakukan pengecekan Akreditasi sekolah jauh jauh, yang mengakibatkan seluruh siswa siswa yang berprestasi dari kedua sekolah itu kena hukum nilai yang bisa masuk hanya 70 persen, sehingga para siswa dari SMAN 1 balaraja dan SMPN 3 balaraja dapat dikatakan KO sebelum bertanding, hal ini letak dari ketidak adilan tersebut.
Dari informasi yang di himpun para awak media pada saat konfirmasi dengan panitia dengan tegas mengatakan, kita akan tetap mengacu pada juknis, namun sama sekali tidak membaca lebih bijak tentang PERMEN NO 1 TAHUN 2021 .yang cukup jelas diterangkan di sana.
Bahkan ada nada sumir beredar mentang mentang punya kerabat penegak hukum sombong nya minta ampun.
Salah seorang siswi dari SMPN 1 balaraja yang berinisial GS mengatakan dengan nada sedih Mengatakan, “Mengapa harus kami yang menerima hukuman, ini jelas kesalahan guru, ” Ucap Gs Dengan berlinang air mata.
Apakah para panitia dan kepala sekolah SMAN 1 Kabupaten Tangerang ini tidak punya anak sehingga, masa bodoh dengan nasib kami ” Katanya
Menanggapi hal itu, Makmur Napitupulu selaku wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gabungan Wartawan Indonesia ketika dimintai Tanggapan melalui telepon seluler dengan tegas Mengatakan ” jelas mata hati para panitia dan kepala yang paling dalam telah tertutup oleh rasa sok manusia paling benar, pernah saya sms beliau tentang para nasib anak bangsa tersebut, jawaban hanya ” Telah saya laporkan pada pimpinan” hal ini menunjukkan entah siapa yang menempatkan kepala sekolah seperti ini di sekolah yang cukup tua ini yang penuh dengan masyarakat dari seluruh lapisan daerah ada di Balaraja ini.” Tegas Makmur
“Dengan kejadian yang menimpa anak bangsa ini, beliau tidak mau berjuang dengan gigih memperjuangkan nasib anak bangsa, cukup hanya dengan membalas sms ” saya sudah lapor pimpinan ” jelasnya
Pada 2 tahun lalu pernah terjadi SMA N1 balaraja juga menolak juara umum SMPN 1 balaraja namun saya tetap berjuang, ada satu panitia yang berhati mulia berkata, ” di pecat pun saya siap asal anak bangsa ini berada di jalur pendidikan dan sekolah yang benar ” ungkapnya.
Adanya perjuangan panitia tersebut membuahkan hasil anak tersebut yang mewakili provinsi Banten ditingkat nasional dan selalu membuat harum nama SMAN 1 Kabupaten Tangerang. Namun guru tersebut tidak pernah di sebut, itulah baru pahlawan tanpa tanda jasa, bukan seperti kepala sekolah sekarang ini, hanya duduk enak di kursi empuk ” tutup (tim.s)
